Sayap Menuju Utara

Sayap Menuju Utara

Berdiam menatap ruang samudera
menjadi saksi bisu pembuang lara
Semula dikira fatamorgana
Kian hari tersusun menjadi satu cahaya
Pintanya menjadikan satu taman bunga
Ternyata tercipta ruang hampa penuh retak, hancur tak terkira

Bagaikan…
Menjerit merintih lirih hampir tak bersuara
Tertusuk pisau yang berlumuran darah
Terjatuh kedalam dasar jurang nelangsa
Terhempas angin riuh tak kasat mata

“Mereka” pun setiap malam berdansa tanpa arah dalam kepala
Berdialog mesra bagaikan pemeran utama
Akankah semua sinar cahaya menjadi nyata?
Dengan tegak gagah perkasa “lantunan” itu penuh harap bermuara
Walau bayangan “itu” berbisik melodi membuat patah
Namun sepasang sayap putih harus selalu menempuh arah utara
Dengan semua batu sandungan yg hadir dari segala arah anginnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *