Hubb al-dunya atau cinta dunia merupakan salah satu penyakit hati. Selama ini hubb al-dunya
selalu identik dengan orang kaya sementara orang miskin dianggap tidak terkena penyakit ini.
Karena sifatnya penyakit hati, maka sifat ini menghinggapi siapa saja, baik orang kaya maupun
mereka yang miskin. Hasan As Syadili merupakan ulama yang lahir di Tunisia pada Tahun 1197dan
meninggal di Mesir Tahun 1258. Ia memiliki murid sekitar 6000 yang semuanya ditanggung
kebutuhan hidupnya.
Gaya hidup Syaikh Hasan As Syadili juga sangat mewah untuk ukuran waktu itu. Ia selalu
berganti pakaian baru setiap hari, memakai minyak wangi mahal dan mengendarai kereta yang
ditarik dua ekor kuda besar.
Suatu hari ada santri dari Tunisia yang akan bersilaturahmi dengannya. Setelah menempuh
perjalanan jauh sampailah di Mesir dan terkejutlah ia ketika melihat rumah Syaikh Hasan yang besar
dan gaya hidupnya yang mewah. Pembantunya saja 16 orang. Tidak sesuai dengan gambarnya
sebagai seorang wali yang menjalani hidup sederhana apa adanya. “Wali kok hidupnya mewah
Akhirnya tujuannya untuk bertemu dengan Syaikh Hasan As Syadili tercapai. Dalam dialog
Syaikh Hasan berpesan kepadanya, “Sampaikan kepada gurumu, sampai kapan hubb al-dunya terus.”
Ia terkejut dengan perkataan tersebut karena gurunya tidak memiliki harta sama sekali. Bantal saja
tidak punya, sementara Syaikh Hasan bergaya hidup mewah.
Akhirnya setelah hajatnya untuk bertemu dengan ulama besar tersebut terpenuhi, ia kembali ke
Tunisia. Setelah sampai dirumah, ia ditanya oleh gurunya. Ada pesan apa dari Syaikh Hasan
kepadanya. Pertama, si santri tidak mengaku tetapi setelah didesak terus, disampaikan pesan yang
dikatakan oleh Syaikh Hasan tersebut sampai kapan gurunya hubb al-dunya.
Mendengar pesan tersebut gurunya langsung menangis. “Benar yang dikatakan Syaikh Hasan As
Syadili. Dia kaya, banyak harta, kendaraannya bagus, rumahnya bagus, tetapi dunia tidak pernah
dipikiri. Tidak masuk hatinya. Saya ini miskin, tetapi yang dipikiri dunia terus.”
“Kita harus kuat dalam segala hal. Kita pintar, beradab dan berbudaya, Allah tidak ridha jika
melihat umat Islam miskin dan bodoh. Tetapi bukan berarti hub al- dunya”
Sumber: http://nu.or.id, Mukafi Niam