Isra Mi’raj
Peristiwa Isra Mi’raj terjadi satu tahun sebelum hijrah, tepatnya pada malam senin 27 Rajab setelah Rasulullah pulang dari perjalanannya ke Tha’if. Isra secara bahasa artinya perjalanan malam, adapun menurut istilah yaitu perjalanan Rasulullah Saw pada satu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis di Palestina. Mi’raj adalah naiknya Rasulullah Saw dari Masjidil Aqsha menuju ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah Swt.
Isra Mi’raj merupakan pertolongan dari Allah Swt sekaligus hiburan dari Allah Swt atas kesedihan Rasulullah Saw karena ditinggal dua orang terkasihnya yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah. Allah Swt menceritakan peristiwa Isra Mi’raj ini dalam QS.Al-Isra’ (17):
Ada perbedaan pendapat mengenai penetapan kapan waktu kejadian tersebut berlangsung, yaitu sebagai berikut
1. Menurut Ath-Thabari, Isra terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan beliau dengan nubuwwah.
2. Menurut An-Nawawi dan Al-Qurtubi, Isra terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul
3. Al-Allamah Al-Manshurfuri berpendapat, Isra terjadi pada malam tanggal 27 bulan Rajab tahun ke-10 dari kenabian.
4. Pendapat lain mengatakan, Isra terjadi pada enam bulan sebelum hijrah atau pada bulan Muharram tahun ke-13 dari kenabian.
5. Ada yang berpendapat, Isra terjadi setahun dua bulan setelah hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ke 13 kenabian.
6. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Isra terjadi setahun dua bulan setelah hijrah atau pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-13 kenabian
Tiga pendapat yang pertama tertolak, dengan pertimbangan bahwa Khadijah ra meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun ke-10 dari kenabian. Sementara pada saat meninggalnya belum ada kewajiban shalat lima waktu. Sedangkan tiga pendapat lainnya tidak ada satu pun yang menguatkannya. Hanya saja kandungan Al-Isra menunjukan bahwa Isra terjadi pada masa-masa akhir
Dalam perjalanan Isra Mi’raj ini malaikat mendatangi beliau dengan membawa Buroq, kemudian Jibril menaikkan beliau keatas Buraq dan mengajaknya melakukan perjalanan darı Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha dan dinaikkan ke langit untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Dalam perjalanan ke Sidratul Muntaha Rasulullah Saw dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit dan dipertemukan dengan para nabı terdahulu.
Lalu Rasulullah Saw naik lagi menuju Baitul Ma’mur, yang setiap harinya dimasuki 70.000 malaikat yang tidak keluar lagi darinya. Kemudian diangkat lagi untuk menghadap Allah Swt yang maha perkasa dan mendekat kepadanya. Lalu Allah Swt mewahyukan apa yang dikehendaki dan Allah Swt mewajibkan shalat sebanyak 50 rakaat. Setelah itu Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Musa As, dan menyampaiakan tentang perintah shalat 50 rakaat tersebut, Nabi Musa As berkata “sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya, sehingga pada akhirnya Allah Swt memerintahkan kepada umat Rasulullah Saw untuk melaksanakan shalat sebanyak 5 waktu. Sebenarnya Nabi Musa As memerintahkan kepada Rasulullah Saw untuk kembali meminta keringanan kepada Allah Swt, namun Rasulullah Saw menjawab “Aku sangat malu kepada Rabb-ku, aku sudah Ridha dan menerima perintah ini beberapa saat kemudian terdengar seruan Aku telah menetapkan kewajiban dan telah kuringankan bagi hamba-Ku”.
Peristiwa Isra Mi’raj ini tidak serta merta dapat diterima kebenarannya oleh kaum kafir Quraisy, Abu Bakar adalah orang pertama yang mempercayai kebenaran peristiwa tersebut, kemudian diberi gelar Ash-Shiddiq. Kafir Quraisy terus saja meminta bukti kebenaran Isra Mi’raj kepada Rasulullah Saw, kemudian Rasulullah Saw menunjukan bukti bahwa dalam perjalanan Isra Mi’raj ia melihat kafilah dari penduduk Makkah dalam perjalanannya dan akan tiba di Makkah esok hari. Setelah benar datang kabilah tersebut pada esok harinya, kaum kafir Quraisy tetap saja tidak mempercayai peristiwa Isra Mi’raj tersebut dan menuduh Rasulullah Saw sebagai seorang peramal.