Ada saat dimana kau hanya bisa berdiam dalam pasrah, bukan karena menyerah, tapi karena takdir telah lebih dulu menetapkan arah. segala yang kau gengggam luruh tanpa kau cegah, seperti dedaunan yang jatuh tanpa bisa kembali ke ranting yang ramah.
Mereka berkata kau hidup dalam fana, mereka mencibir doamu sebagai kesia-siaan belaka, mereka mengira harapanmu hanyalah bayang semu yang harus sirna. dan kau hanya diam dalam pasrah, sebab menjelaskanpun tak akan mengubah hati yang tenggelam dalam fitnah.
Lalu dalam gelap yang semakin menikam arah, dalam sujud yang semakin panjang dengan air mata yang tertahan lelah, kau akhirnya menyadari satu yang tak pernah berubah: Wakafa billahi syahida.
Cukup Allah sebagai sasksi atas lelah, atas janji yang kau genggam meski akhirnya luruh dalam lillah, atas doa-doa yang tak sampai pada telinga manusia, atas nama yang perlahan pudar dari ingatan ynag pernah kau jaga dengan amanah.
Maka biarlah, biarlah dunia menafsirkan sesuka mereka, biarlah takdir berjalan tanpa kau bisa menentangnya, karena pada akhirnya, dihadapan-Nya, cukup Allah yang menyaksikan segala yang jatuh dalam pasrah.