Bahaya Adu Domba: Racun yang Merusak Persaudaraan

Tulisan Guru33 Dilihat

Dalam kehidupan bermasyarakat, persatuan dan saling percaya merupakan fondasi utama bagi terciptanya kedamaian. Namun, ada satu penyakit sosial yang diam-diam dapat menghancurkan nilai-nilai tersebut — adu domba. Praktik ini bukan hanya sekadar menyebar fitnah atau mengadu dua pihak agar bermusuhan, tetapi juga menjadi akar dari permusuhan, perpecahan, dan hilangnya ukhuwah di tengah umat.

Adu domba adalah tindakan sengaja memprovokasi dua pihak agar saling membenci, curiga, dan bertikai. Dalam bahasa agama, hal ini sering disebut “namimah”, yaitu menyebarkan berita atau perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara keduanya. Nabi Muhammad ﷺ dengan tegas memperingatkan:

“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba (nammam).”(HR. Muslim)

Adu domba bisa terjadi di mana saja: di lingkungan kerja, sekolah, bahkan di lembaga keagamaan. Modusnya pun beragam — mulai dari menyebarkan gosip, memelintir ucapan, hingga membuat isu yang memecah belah kelompok. Di era digital, adu domba semakin berbahaya karena berita palsu (hoaks) dapat menyebar sangat cepat melalui media sosial.

Bahaya adu domba tidak hanya merusak hubungan antarsesama, tetapi juga menodai hati pelakunya. Orang yang terbiasa menebar kebencian akan kehilangan kepercayaan dari orang lain, bahkan kehilangan keberkahan dalam hidupnya. Secara sosial, adu domba dapat memicu perpecahan antar kelompok, permusuhan dalam masyarakat, bahkan konflik yang berujung kekerasan.

Lebih parah lagi, dalam konteks bangsa dan agama, adu domba bisa melemahkan kekuatan umat. Sejarah mencatat, banyak kekuasaan runtuh dan perjuangan gagal karena perpecahan internal yang diawali dari adu domba. Musuh tidak perlu menyerang dari luar jika umat saling curiga dan bermusuhan di dalam.

Di zaman sekarang, adu domba sering muncul dalam bentuk cyber provocation. Akun anonim atau pihak tak bertanggung jawab menyebarkan informasi palsu untuk mengadu masyarakat — baik dalam isu agama, politik, maupun sosial. Jika masyarakat tidak cerdas menyaring informasi, mereka mudah terhasut dan akhirnya ikut menyebarkan kebohongan. Inilah mengapa literasi digital dan sikap tabayyun (klarifikasi) menjadi sangat penting.

Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri dari bahaya adu domba:

  1. Menjaga lisan dan jari — Hindari menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya.

  2. Tabayyun (klarifikasi) — Periksa dulu setiap berita sebelum percaya atau meneruskan kepada orang lain.

  3. Perkuat ukhuwah — Bangun komunikasi langsung dan terbuka agar tidak mudah terpengaruh oleh provokasi.

  4. Berdoa dan introspeksi diri — Mohon kepada Allah agar dijauhkan dari sifat suka mengadu domba dan menjadi korban fitnah.

Alhasil, adu domba adalah racun yang pelan tapi pasti menghancurkan kepercayaan dan persaudaraan. Umat Islam diajarkan untuk menjadi perekat, bukan pemecah; menjadi penyejuk, bukan penyulut api. Mari kita jaga hati, lisan, dan jari dari perbuatan yang bisa merusak persatuan. Karena ketika umat bersatu, tidak ada kekuatan apa pun yang mampu memecah belahnya.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al-Hujurat: 10)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *