bayangkan dirimu menulis diatas pasir basah, mengukir kata dengan hati, baris demi baris penuh makna. tapi ombak datang tanpa tanya, menghapus rencana tanpa sisa.
Kau marah? Biar saja. Karena sungguh engkau ingin meninggalkan jejak pada pasirnya.
Ikhlas bukan berhenti menulis, ikhlas itu tahu pasir memang tempat sementara ombak akan datang, bukan untuk merusak, tapi untuk membersihkan.
Kau tetap menulis, walau sadar ia tak abadi. karena tujuanmu bukan hanya dilihat, tapi didengar oleh langit.
Kita ini perencana di pantai waktu pencipta itu laut yang lebih dalam dari prasangka. Ia menyapu bukan untuk menghina, tapi untuk mengajari bahwa keindahan sejati bukan pada tulisan yang kekal, tapi pada tangan yang tak lelah mencoba.
Ikhlas bukan tanpa luka. ikhlas itu merawat luka tanpa membencinya. Mengusap kecewa tanpa menutup hatinya. Mengaku rapuh tanpa memaksa tegar di depan Nya.
Ketika kecewa datang, biarkan ia duduk di sampingmu. Jangan diusir, cukup diajak bicara: “aku paham, bahwa kau bagian dari cerita yang telah dituliskan oleh-Nya”
Karena hidup bukan soal menahan ombak selamanya, tapi berani menulis lagi meski tahu akan hilang . merelakan rencana jatuh ke air, yakin pencipta menyimpan tiap huruf dalam kitab Nya yang lebih sempurna.