Di tanah yang retak oleh bom dan peluru,
tangis anak-anak menggema,
mengganti nyanyian masa kecil mereka
dengan doa yang tertahan di dada.
Ibu memeluk bayinya yang tak bernyawa,
ayah menatap langit penuh debu,
bertanya pada dunia—
apakah kemanusiaan telah mati di antara kita?
Di setiap runtuhan rumah,
ada kisah yang tak sempat selesai,
ada mimpi yang terkubur
bersama debu dan darah yang mengering.
Namun Palestina tetap berdiri,
meski dunia sering berpaling.
Dari luka lahir kekuatan,
dari air mata tumbuh harapan.
Wahai manusia,
bukankah kita satu dalam rasa dan jiwa?
Palestina adalah kita,
dan kemerdekaannya adalah wajah sejati
dari kemanusiaan yang tak pernah padam.

 
																				








