Ketika Guru Mendengar Gumamnya

Tulisan Guru25 Dilihat

Menjadi guru bukan sekedar profesi, tapi jalan panjang pengambdian. Setiap pagi menyapa dengan seragam rapi, senyum tulus disematkan untuk anak-anak yang menanti.

Namun, siapa tahu bahwa dibalik senyum itu tersimpan seribu beban yang tak sempat dibagi. Ada hati yang berkecamuk, pikiran yang carut-marut, dan diri yang selalu tertatih mengelola peran sebagai pribadi, sebagai bagian dari keluarga, dan sebagai pendidik yang dituntut selalu tampak baik-baik saja.

Kadang kita bertanya dalam hati, “kapan aku sempat menangis untuk diri sendiri?” Tapi panggilan jiwa sebagai seorang guru membuat kita menunda keluh dan lebih memilih memberi.

Kita harus hadir untuk orang lai, meski kadang diri sendiri sedang ingin dipeluk. Kita harus menguatkan, saat hati kita sedang rapuh. Kita harus tertawa bersama murid, saat malam -malam kita hanya ditemani tangis malam.

Namun, percayalah semua lelah ini bukan sis-sia. Setiap peluh yang jatuh dipelantaran sekolah, setiap langkah yang kita tempuh menuju kelas akan menjadi saksi betapa mulianya tugas ini.

Menjadi cahaya ditengah gelap, menjadi jembatan bagi anak-anak menyeberang menuju masa depan.

Ya Allah, kuatkan pundak yang mulai leyih ini. Lapangkan hati kami para guru, yang sering menyimpan luka dalam diam. Jadikanlah keikhlasan kami sebagai cahaya bagi generasi yang kami didik. Balaslah dengan keberkahan ditiap langkah kami, meski tak banyak yang tahu betapa kami sangat berjuang.

Semoga segala upaya, senyum yang dipaksakan, dan langkah yang tertatih, berbuag ridho-Mu.

Semoga anak yang kami bimbing, menjadi amal jariyah yang tak putus dan semoga Engkau cukupkan hati ini dengan kekuatan dan keteguhan untuk terus mengabdi.

Karena menjadi guru adalah tentang mencintai, bahkan diri sendiri belum sempat dicintai. Tentang memberi walau sedang kosong tak terisi. Tentang menyalakan harapan, meski cahaya dalam diri mulai redup dan hampir mati.

Mari tetap kuat, Guru. Karena dalam setiap “Baik-baik saja” yang kau tunjukkan ada cinta Tuhan yang sedang memelukmu.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *